PENASULSEL.com, MAKASSAR — Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Soni Sumarsono menghadiri Halal Bi Halal Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan H. M. Cheng Hoo Sulawesi-Selatan di Masjid Muhammad Cheng Hoo di
Jalan Tun Abdul Razak, Hertasning Baru, Kabupaten Gowa, Sabtu (30/6).
Soni sapaan akrab Sumarsono saat tiba langsung disambut atraksi barongsai dan juga Wakil Bupati Kabupaten Gowa Abdul Rauf Malaganni. Mereka berbincang santai tentang masjid dengan desain unik ini. Soni menyampaikan masjid ini unik, mirip dengan yang ada di Palembang, perbedaanya hanya pada warna cat merah yang sedikit berbeda. Tempat ini juga bisa menjadi bagian dari daya tarik Sulsel.
“Ini kali kedua saya ke Masjid Cheng Hoo, yang pertama di Palembang,” kata Sumarsono.
Masjid bergaya khas Tionghoa, Masjid ini memiliki kekhasan tersendiri dari masjid pada umumnya. Masjid ini memadukan nuansa Timur Tengah dan China serta perpaduan budaya Bugis Makassar, menjadi daya tarik bagi warga muslim untuk beribadah di tempat ini.
“Hadirnya masjid Cheng Hoo ini merupakan miniatur Indonesia yang Pluralis,” sebutnya.
Ia pun menyampaikan rasa bahagianya bisa hadir. Sehingga Ia menyiapkan baju khusus batik berwarna merah.
Di dunia ini, yang ada istilah halal bi halalnya cuma ada di Indonesia, istilah atau bahasa yang sama artinya dengan kita semua sederajat.
“Ibu kota Jakarta kosong, karena mudik hanya di Indonesia, kita kumpul bersama,” sebut Sumarsono.
Yayasan Cheng Hoo saat ini juga sedang membangun beberapa fasilitas Sarana Pendidikan Islam Terpadu dengan dana sekitar Rp15 miliar seperti pembangunan gedung serbaguna dan klinik kesehatan yang berada di komples masjid, ia meminta Kabupaten Gowa bersama Pemprov Sulsel mengambil bagian. Karena pemerintah harus hadir mengambil bagian.
“Saya juga akan usahakan memberikan bantuan. Kepala Biro Kesra akan mencatat, namanya hibah Pemerintah Provinsi, berapa pun juga, Selebihnya biar rakyat bersatu membantu,” paparnya.
Sementara, Ketua Yayasan HM Cheng Hoo Sulsel Achmad Fran Sudictar mengatakan, berterima kasih atas kesediaan Sumarsono untuk hadir.
Masjid ini merupakan bukti nyata bahwa tolerensi antara pemeluk agama terjaga dengan baik di Sulsel.
“Pembangunannya bukan hanya partisipasi umat Islam, tetapi partisipasi dari pemeluk agama lain di Sulsel, dan kami membuka pintu selebar-lebaran bukan milik aliran atau ormas tertentu tetapi milik masyarakat Sulsel,” ujar Fran Sudictar.
Fran menyampaikan masjid ini berusaha memberikan manfaat untuk masyarakat Sulsel, khusunya masyarakat sekitar. Kegiatan sosial telah dihadirkan seperti sunatan massal, kesehatan gratis.
“Dan tidak lama lagi, kami mendirikan klinik kesehatan, yang ditujukan pada pasien tidak mampu yang tidak terjangkau BPJS Kesehatan, layanan kami bukan komersial tetapi sosial,” paparnya.
Masjid ini juga akan dibangun gedung terpadu dengan kebutuhan dana sekitar Rp15,1 miliar. Untuk itu meminta bantuan perizinan dari pemerintah.
“Orang-orang sebelum kita telah menanam untuk kita sekarang, marilah kita menanam untuk orang-orang lain,” sebutnya.
Ketua DPW PITI Sulsel Kwan Jhon Adam, dalam momentum yang ada di Sulsel yakni Idul Fitri dan ada Pilkada perlu bersilaturahmi dengan halal bi halal.
“Kita saling mempererat kebersamaan saling memaafkan. Apapun, hasilnya kita akan terima walaupun bukan pilihan kita, amanah yang diemban jauh lebih penting. Perbedaan bisa kita lewati dengan halal bi halal,” sebut Kwan.
Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Makassar Ferdi Sutono halal bi halal seperti mempersatukan masyarakat.
“Kami berbahagia sekali baik mewakili warga agama Khonghucu, warga keturunan Tionghoa dan berbagai golongan kami berharap menjadi acara rutin dan bisa dipertahankan,” ujar Ketua Mejelis Agama Konghucu Sulsel ini.
Ferdi menyampaikan ada empat penjuru dalam ajaran Konghucu yang berarti kita semua bersaudara.
Selanjutnya, acara diisi cermah hikmah halal bi halal Sulaiman Gossalam.(*)