Sumarsono Nikmati Pisang Peppe di Hutan Mangrove Tongke-tongke

  • Bagikan
Sumarsono Nikmati Pisang Peppe di Hutan Mangrove Tongke-tongke

PENASULSEL.com MAKASSAR — Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Soni Sumarsono dan Istri Tri Rachayu dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Sinjai, Minggu (26/8) sore menyempatkan diri mengunjungi Kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove Tongke-tongke yang terletak di Kecamatan Sinjai Timur.

Sumarsono diajak Penjabat Bupati Sinjai Jufri Rahman untuk menikmati es kelapa muda gula merah, pisang peppe dan ubi jalar goreng. Mereka menelusuri jalan setapak yang terbuat dari kayu ulin terpasang rapi dan apik.

pdam
bapenda
bapenda

Kayu khas Sulawesi itu dipasang layaknya jembatan pohon juga seolah menyapa di kiri dan kanan. Mereka menuju ke ke sebuah kafe apung berbentuk perahu.

Baca Juga:  Makassar Korsa Buka Puasa Bersama Anak Panti Asuhan

Sumarsono di kafe tersebut berbincang tentang pelestarian mangrove termasuk dengan tokoh masyarakat yang ada, bersama tokoh masyarakata Haji Tayyep sebagai perintis hutan mangrove ini.

“Luar biasa tempatnya,” sebut Sumarsono.

Demikian juga dengan Tri Rachayu menyebut tempatnya menarik dan bagus.

Sebagai tanda silahturahmi dan ikut berbagi kepada pahlawan lingkungan Haji Tayyep, Tri Rachayu memberikan dana kerohiman, uang sebesar satu juta rupiah.

Baca Juga:  Destinasi Unggulan Lorong Wisata Tallo Bakal Beda, Camat Godok Hutan Bambu di Lorong

“Kami ikut prihatin dengan pak Haji Tayyep. Dia betul-betul pahlawan lingkungan yang musti diperhatikan,” ujar Ibu Tri Rachayu.

Mereka baru beranjak menjelang petang. Dan mengabadikan momen dengan mengambil gambar foto ditengah pepohonan mangrove. Kemudian manpir salat Magrib di mushola dekat hutan mangrove.

Tokoh masyarakat yang menjadi perintis Haji Tayyep mengatakan sebelum adanya revitalisasi mangrove ini, banyak kehidupan fauna yang hilang. Seperti kelelawar yang meninggalkan lokasi tersebut, setiap air pasang naik kampung terendam.

Baca Juga:  Tinjau Lokasi Kebakaran, Iqbal Suhaeb Ingatkan Waspadai Potensi Kebakaran

Warga tahun 1984 melakukan perencanaan kemudian tahun1985 penanaman secara swadaya, kemudian pemerintah terlibat tahun 1995.

“Banyak manfaat seperti pelabuhan masyarakat sudah tidak terkena angin, air sumur bisa dipakai mencuci, dulu air sumur sama yang di laut,” ujarnya.(*)

bapenda bapenda
  • Bagikan