Peran Pemuda Sangat Dibutuhkan, Menjadi Alasan Misbahuddin Nyaleg di Bantaeng

  • Bagikan

PENASULSEL.COM,BANTAENG– Sosok Misbahuddin Basri di kalangan pemuda Bantaeng tidak lagi asing. Saat  melanjutksan tingkat pendidikan strata satu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Sospol) Universitas Muhammadiyah Makassar selama sembilan tahun telah terlibat aktif dalam sejumlah organisasi internal kampus maupun eksternal.

Sederet organisasi kemahasiswaan ditingkat kampus dan nasional pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya dalam menemukan jati dirinya sebagai pemimpin kaum intelek. Diantaranya menjabat sebagai Ketua BEM SOSPOL Unismuh Makassar, Periode 2005 – 2006,
Ketua HMI Komisariat Ahmad Dahlan Unismuh Makassar Periode 2004 – 2005,
Wakil Sekretaris HMI Cabang Gowa Raya Periode 2006 – 2007, Presidium Nasional Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial Politik Indonesia (ILMISPI) Periode 2006 – 2008.

pdam
bapenda
bapenda

Berawal dari segudang pengalaman itu, Pemuda berusia 34 tahun ini ingin melanjutkan karirnya dipentas politik yang akan bertarung gagasan dan ide dengan sejumlah tokoh lainnya untuk masuk meja parleman Kabupaten Bantaeng dengan masa bakti 2019-2024 melalui Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Baca Juga:  Akademisi Prediksi Danny-Fatma Unggul dalam Debat Perdana Pilkada Makassar

Kegigihan untuk mencapai niat yang suci itu tidak lepas dari situasi sosial kemasyarakatan yang membutuhkan peran-peran kaum muda dalam mengisi sektor strategis yang diharapkan dapat membawa perubahan bagi sistem pemerintahan yang bersinergi dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, dia meyakini jika keterlibatan pemuda dalam pengambilan keputusan strategis akan membawa  dampak besar terhadap pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, sumber daya alam dan peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan.

“Pemuda adalah pewaris dan pelanjut estafet kepemimpinan, saatnya pemuda berkontribusi dalam pembangunan.” kata Mantan Ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng periode 2008-2010,”  kata Misbahuddin di Bantaeng, Senin 23/7.

Niat baiknya itu bukan tanpa dorongan. Menurutnya seluruh keluarga, kerabat dan masyarakat Bantaeng, utamanya yang ada di daerah pemilihan (Dapil III) yang meliputi Kecamatan Tompobulu dan Gantarangkeke telah merespon dan siap meyakinkan masyarakat lainnya.

Baca Juga:  Jadwal Peresmian Smelter Di Undur...!!! Hingga waktu Belum Di Tentukan..?

“Jalur politik ini saya tempuh atas dorongan banyak pihak, utamanya keluarga. Adapun  hal lainnya karena kebijakan partai yang memperioritaskan generasi muda yang potensial,” katanya.

Lahir dari dorongan itu pula, Misbahuddin mempersiapkan diri untuk memberikan abdinya kepada masyarakat Bantaeng, karena dia menilai dukungan itu sebagai Amanah rakyat yang wajib dijalankan. Dia hanya meminta agar rakyat tidak pernah berhenti berjuang.

“Bagiku perjuangan tidak hanya sampai pada hari pencoblosan (11 Maret) tapi perjuangan yang sesungguhnya setelah 11 Maret itu. Kita berjuang bagaimana agar ekonomi kerakyatan itu bangkit, pendapatan rakyat itu dapat memenuhi kebutuhannya,” tegasnya.

Alasan lain keterpanggilan untuk memberikan jiwa raganya kepada rakyat bantaeng adalah pengalaman dalam mendampingi Azikin Solthan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesa (DPR-RI). Misbah yang mendapat amanah selaku tenaga ahli telah memiliki sejuta pengetahuan dalam menyelesaikan masalah sosial.

Baca Juga:  Yusuf Bersosialisasi di Depan Puluhan emak-emak di Rappocini

“Kurang selama empat tahun ini situasi telah memperhadapkan saya dengan masyarakat, sehingga saya dapat membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan rakyat.  Dan Insya Allah jika saya dipercayakan oleh rakyat maka tidak ada beban dalam mengembang amanah itu, sebab pengalaman sebagai tenaga ahli akan menuntun saya dalam mengambil keputusan/ rekomendasi yang seadil-adilnya “ujarnya.

Lanjut dia politisi seyogyanya  harus mampu memahami kebutuhan dasar manusia, diantaranya kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman. Akibat kurangnya pemahaman dasar itu, maka sering terjadi ketimpangan yang mengakibatkan tidak adanya konektifitas antara keputusan pemerintah dengan harapan rakyat.

“Rakyat maunya lain, pemerintah juga lain, sehingga banyak anggaran yang cukup besar tidak dirasakan oleh masyarakat kecil.” tutup Misbahuddin.

 

Penulis : Anwar Majid

bapenda bapenda
  • Bagikan