PENASULSEL.com MAKASSAR — Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Soni Sumarsono menghadiri Rapat Senat Terbuka Milad Ke-64 Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Penganugrahan Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Cuasa) dalam bidang pemikiran politik Islam Muhammad Jusuf Kalla (JK) di Auditorium Aljibra Kampus II UMI, Sabtu, (23/6).
JK hadir bersama istri Mufidah Jusuf Kalla yang mengenakan baju kurung dan sarung songket.
Pemberian gelar ini merupakan gelar DHC ke-12 bagi JK dan sebagai Wapres dengan gelar terbanyak. Sedangkan Presiden pertama Indonesia Soekarno dengan gelar terbanyak sebanyak 25 gelar.
“Pemberian gelar Ini adalah ke-12 bagi Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang tertinggi bagi Wapres sedangkan Presiden Soekarno 25 gelar, ini terbanyak dan yang kedua Bapak JK,” sebut Soni Sumarsono.
Sumarsono juga mengatakan pemberian gelar ini sebagai bentuk pengakuan tertinggi perguruan tinggi kepada sosok JK yang telah memberikan pengabdian dan sumbangan pemikiran yang ada.
Sumarsono menaruh harapan besar bagi UMI untuk terus melakukan pengabdian dan dapat membantu dalam tri dharma perguruan tinggi Provinsi Sulsel sebagai pilar pembangunan Indonesia.
Dalam orasi ilmiahnya JK mengawali orasi ilmiahnya dengan ucapan selama Idul Fitri kepada hadirin. Dan menyampaikan bahwa 64 tahun lalu tokoh daerah Sulsel berpikir misi ke depan tentang menghadirkan pendidikan dengan modal yang baik, menghadirkan UMI.
Ia membeberkan, sempat menolak tawaran gelar ini, karena merasa bagian dari internal UMI karena memiliki kedekatan emosional dan akademik. Ia juga bercerita tentang pengalamannya sebagai dosen di kampus ini.
“Jadi hubungan saya luar dalam dengan UMI, karena istri saya juga mahasiswa saya,” katanya. Pengantar JK ini banyak mengundang tawa hadirin.
Bagi JK ilmu pengetahuan berkembang pesat, kampus dalam peranannya selain mengajar juga harus melakukan penelitian dan pengabdian.
“Prinsip Islam dan semangat kebangsaan (al-muwathanah) telah menjadi prinsip dan paradigma pokok yang diaktualisasikan dalam pembentukan Universitas Muslim Indonesia (UMI) 64 tahun lalu,” kata JK.
Oleh karena itu, selain bersyukur atas kenyataan itu, pada saat yang sama sepatutnya kita semua tidak lagi membuat jarak apalagi mempertentangkan antara keislaman dengan semangat
kebangsaan atau keIndonesiaan.
“Membuat jarak, apalagi mempertentangkan keduanya jelas tidak menguntungkan bagi
kehidupan kita sebagai umat Muslimin dan sekaligus sebagai
warga tanah air Indonesia,” sebutnya.
Islam adalah ajaran dari Allah SWT yang disampaikan melalui
Nabi Muhammad SAW, yang menduduki tempat tertinggi dan
mulia dalam kehidupan setiap dan seluruh Muslim. Oleh karena
itu, kharus tetap menempatkan Islam dalam ketinggian dan
kemuliaannya itu, dan tidak mereduksinya ke dalam realitas dan fenomena empiris-sosiologis seperti semangat kebangsaan atau nasionalisme.
Sedangkan semangat kebangsaan (nasionalisme) adalah produk manusia. Semangat kebangsaan terbentuk karena berbagai faktor seperti sejarah, perkembangan dan dinamika sosial, budaya dan keagamaan masyarakat Indonesia dalam riwayatnya yang panjang.
“Semua faktor ini berkombinasi
memainkan peran dalam pembentukan semangat kebangsaan. Secara khusus, prinsip Islam juga memainkan peran sangat penting dalam pembentukan semangat kebangsaan Indonesia tersebut,” ujarnya.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam sejarah dan dinamika umat Muslimin Indonesia sepanjang sejarahnya.
Pemberian gelar ini ditandai dengan pemasangan selempang, pin emas dan pemberian ijasah dari Rektor UMI Masrurah Mokhtar kepada JK.
Dalam laporannya Masrurah menyampaikan diusianya ke 64 tahun pencapaian signifikan telah diraih sebagai perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik di Indonesia Timur berdasarkan Klasterifikasi Kemenristek Dikti pada April 2018.
Adapun mahasiswa aktif UMI sampai tahun 2017/2018 mencapai 22.788 orang sedangkan alumni yang dimiliki 90.526 orang.
Pada Milad tahun ini UMI berbahagia karena Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI (1992-1994) JK berkenan hadir dan membawakan orasi ilmiah dan sekaligus penganugrahan Doktor Honoris Causa Bidang Manajemen Bisnis Syari’ah.
Masrurah menyebutkan pemberian gelar kepada tidak lahir begitu saja, tetapi melalui kajian yang serius dan mendalam dari anggota senat Universitas.
“Setelah mempelajari nilai dan mempertimbangkan gagasan, semangat dan jasa beliau, antara lain kebijakan strategis dalam bidang manajemen bisnis. Beliau sosok ekonom dan politikus yang tidak hanya beteori, namun juga terlibat langsung dalam upaya meningkatkan kesejateraan masyarakat,” paparnya.
Wapres RI ini sebelumnya telah menerima gelar DHC Bidang Pembangunan dan Perdamaian dari Universitas Hiroshima, Jepang, 21 Februari lalu. JK juga telah menerima gelar ini dalam berbagai disiplin ilmu termasuk politik, ekonomi, manajemen, pemerintahan dan desentralisasi dari dalam dan luar negeri.
Pada tahun 2007 mendapat dua gelar Doktor HC dari Universitas Malaya, Malaysia, dan Universitas Soka, Jepang. Kemudian tahun 2011 dari Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Hasanuddin, selanjutnya dari Universitas Brawijaya tahun 2013. Kemudian dari Universitas Indonesia (UI), pada tahun 2015 dari Universitas Syiah Kuala serta dari Universitas Andalas di tahun 2016.
Ucu sapaan akrab JK juga mendapatkan gelar dari Rajamangala University of Technology Isan di Bangkok, Thailand pada tahun 2017.
Diawal 2018 ia kembali menerima Doktor HC bidang Sosiologi Agama dari Universitas Islam Alauddin Makassar pada 25 Januari 2018.(*)