PENASULSEL.COM, MAKASSAR– Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPRD Makassar mengkritisi penanganan anak jalanan di Kota Makassar yang terus bertambah, padahal sudah dianggarakan untuk pembinaan kurang lebih Rp1 Milliar lebih.
Ketua Komisi D, Sampara Sarif menilai kerja Dinas Sosial (Dinsos) untuk melakukan pembinaan terhadap gelandangan pengemis dan anak jalanan (gepeng – anjal) dan lainnya belum nampak.
Menurut dia mulai pagi hari hingga malam, ruas jalan di Kota Makassar tidak pernah bersih dari aktifitas pengemis dan anak jalanan. Sampara menyayangkan aktifitas anjal dan gepeng yang masih berusia belasan tahun.
“Pembinaan anak ini mesti terus dilakukan, masa kecil mereka tidak boleh tergadai di jalanan, mereka harus mendapat pendidikan yang layak,” kata Sampara Sarif di Makassar,(26/3/18).
Politisi PPP itu mendesak Pemkot untuk melakukan pembinaan secara langsung untuk meminimalisir maraknya anjal di sejumlah titik. Adapun sejumlah bentuk penanganan yang ditawarkan, selain melakukan sosialisasi, juga diberikan kreatifitas.
“Masalah anak tidak boleh ditunda, dalam watku dekat ini harus dilaksanakan,” ujarnya.
Sampara juga berharap agar masalah anak ini tidak hanya ditangani oleh Dinsos, namun seluruh SKPD harus saling bersinergi dalam memberikan pembinaan. Seperti, kata dia, pak ogah yang mulai marak disejumlah titik dapat dibantu oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Sebab maraknya pak ogah akibat Dishub yang tidak terlalu aktif.
“Kerja-kerja pak Ogah ini merupakan tanggungjawab Dishub, jadi Dishub harus menangani pak ogah yang diresahkan masyarakat,”ujarnya.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar, Mukhtar Tahir mengatakan pihaknya tidak perna berhenti melakukan pembinaan untuk meminimalisir pengemis dan anak jalanan, namun yang terjadi jumlah gepeng dan anjal malah bertambah.
“Ada tim yang selalu turun bersosialisasi, mengontrol, membina, tapi masalah ini tidak pernah bebas di dalam kota,”katanya.
mantan Kadiskominfo itu menambahkan, pada April ini pihaknya akan launching program baru untuk mengkoordinir pengemis dan anak jalanan. Yakni ” rumah hati dan rumah bakat”, program itu, kata Mukhtar dapat mengukur potensi mereka yang tidak terpantau oleh pemerintah.
“Ini desain untuk mewadahi mereka. seperti yang ada Paraikatte, mereka bisa mandiri tanpa mengganggu orang lain, bahkan yang memiliki kemampuan dalam bidang seni akan diarahkan,” ujarnya.
Dalam program rumah hati dan rumah bakat itu, tidak hanya gepeng dan anjal, tetapi Pak Ogah” yang kian marak akan dikut diakomodir.
Anwar majid